Total Tayangan Halaman

Kamis, 28 Oktober 2010

IDUL QURBAN 1432 H

Menjelang Idul Adha atau Idul Kurban, ada cerita bagus ni buat kita-kita.. mudah-mudahan bermanfaat ya..

Kuhentikan mobil tepat di ujung kandang tempat berjualan hewan Qurban. Saat pintu mobil kubuka, bau tak sedap memenuhi rongga hidungku, dengan spontan aku menutupnya dengan saputangan. Suasana di tempat itu sangat ramai, dari para penjual yang hanya bersarung hingga ibu-ibu berkerudung Majelis Taklim, tidak terkecuali anak-anak yang ikut menemani orang tuanya melihat hewan yang akan di-Qurban-kan pada Idul Adha nanti, sebuah pembelajaran yang cukup baik bagi anak-anak sejak dini tentang pengorbanan NabiAllah Ibrahim & Nabi Ismail.

Aku masuk dalam kerumunan orang-orang yang sedang bertransaksi memilih hewan yang akan di sembelih saat Qurban nanti. Mataku tertuju pada seekor kambing coklat bertanduk panjang, ukuran badannya besar melebihi kambing-kambing di sekitarnya.

“Berapa harga kambing yang itu pak?” ujarku menunjuk kambing coklat tersebut.

“Yang coklat itu yang terbesar pak. Kambing Mega Super dua juta rupiah tidak kurang” kata si pedagang berpromosi matanya berkeliling sambil tetap melayani calon pembeli lainnya.

“Tidak bisa turun pak?” kataku mencoba bernegosiasi.

“Tidak kurang tidak lebih, sekarang harga-harga serba mahal” si pedagang bertahan.

“Satu juta lima ratus ribu ya?” aku melakukan penawaran pertama

“Maaf pak, masih jauh. ” ujarnya cuek.

Aku menimbang-nimbang, apakah akan terus melakukan penawaran terendah berharap si pedagang berubah pendirian dengan menurunkan harganya.

“Oke pak bagaimana kalau satu juta tujuh ratus lima puluh ribu?” kataku

“Masih belum nutup pak ” ujarnya tetap cuek

“Yang sedang mahal kan harga minyak pak. Kenapa kambing ikut naik?” ujarku berdalih mencoba melakukan penawaran termurah.

“Yah bapak, meskipun kambing gak minum minyak. Tapi dia gak bisa datang ke sini sendiri, tetap saja harus di angkut mobil pak, dan mobil bahan bakarnya bukan rumput” kata si pedagang meledek.

Dalam hati aku berkata, alot juga pedagang satu ini. Tidak menawarkan harga selain yang sudah di kemukakannya di awal tadi. Pandangan aku alihkan ke kambing lainnya yang lebih kecil dari si coklat. Lumayan bila ada perbedaan harga lima ratus ribu. Kebetulan dari tempat penjual kambing ini, aku berencana ke toko ban mobil. Mengganti ban belakang yang sudah mulai terlihat halus tusirannya. Kelebihan tersebut bisa untuk menambah budget ban yang harganya kini selangit.

“Kalau yang belang hitam putih itu berapa bang?” kataku kemudian

“Nah yang itu Super biasa. Satu juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah” katanya

Belum sempat aku menawar, di sebelahku berdiri seorang kakek menanyakan harga kambing coklat Mega Super tadi. Meskipun pakaian “korpri” yang ia kenakan lusuh, tetapi wajahnya masih terlihat segar.

“Gagah banget kambing itu. Berapa harganya mas?” katanya kagum

“Dua juta tidak kurang tidak lebih kek. ” kata si pedagang setengah malas menjawab setelah melihat penampilan si kakek.

“Wah.. mahal benar harganya?” kata si kakek ” bisa di tawar-kan ya mas?” lanjutnya mencoba negosiasi juga.

“Cari kambing yang lain aja kek. ” si pedagang terlihat semakin malas meladeni.

“Tidak usah mas. Aku mau yang terbaik dan gagah untuk Qurban tahun ini. Uangnya cukup ko buat bayar kambing ini..” katanya tetap bersemangat seraya mengeluarkan bungkusan dari saku celananya. Bungkusan dari kain perca yang juga sudah lusuh itu di bukanya, enam belas lembar uang seratus ribuan dan sembilan lembar uang lima puluh ribuan dikeluarkan dari dalamnya.

“ini dua juta rupiah mas. kambingnya dianter ke rumah ya mas?” lanjutnya mantap tetapi tetap bersahaja.

Si pedagang kambing kaget, tidak terkecuali aku yang memperhatikannya sejak tadi. Dengan wajah masih ragu tidak percaya si pedagang menerima uang yang disodorkan si kakek, kemudian di hitungnya perlahan lembar demi lembar uang itu.

“Kek, ini ada lebih lima puluh ribu rupiah” si pedagang mengeluarkan selembar lima puluh ribuan

“Enggak ada ongkos kirimnya ya?” si kakek seakan tahu uang yang diberikannya berlebih

“Dua juta sudah termasuk ongkos kirim” si pedagang yang cukup jujur memberikan lima puluh ribu ke kakek ” mau di antar ke mana mbah?” (tiba-tiba panggilan kakek berubah menjadi mbah)

“Alhamdulillah, lebih lima puluh ribu bisa ditabung lagi” kata si kakek sambil menerimanya ” tolong antar ke desa dekat itu ya, sesampainya di belakang Masjid Baiturrohman, tanya saja rumahnya mbah Sutrimo pensiunan pegawe Pemda Pasir Mukti, InsyaAllah anak-anak sudah tahu. “



Web hosting dan domain gratis untuk website di IdeBagus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar